Translate

Selasa, 30 Juli 2013

"PERBEDAAN PACARAN dengan TA'ARUF"


                              Ustadz Soleh Mahmoed - Jakarta, Indonesia
                       sbr;Ustadz Soleh Mahmoed

"PERBEDAAN PACARAN dengan TA'ARUF"

"PACARAN"
1. Tanpa komitmen yang jelas.
2.Kebanyakan atas dorongan hawa nafsu.
3.Dilarang Agama kita.
4.Mendapat dosa.
5.Melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya.
6.Dekat dengan zina.
7.Sering mendapat fitnah.
8.Sukanya sembunyi-sembunyi.
9.Merendahkan kehormatan diri.
10.Allah SWT murka.
11. Setan tertawa bahagia dan bangga.
12. Sering galau.
13.Berakhir penyesalan.

"TA'ARUF"
1.Punya tujuan yang jelas(menikah)
2.Dorongan untuk menyempurnakan ibadah.
3. Di anjurkan agama kita.
4.Mendapat pahala.
5.Mengikuti Sunnah Rasul.
6.Dekat dengan barokah.
7.Malah mendapat rahmat.
8.Bisa terang-terangan dengan tenang.
9.Memuliakan diri.
10.Allah SWT ridho.
11.Hati tenang.
12.Berakhir bahagia.

Anjuran mendo'akAn orang lain & keutamaannya :

                                   
                                                     sbr;KH. Abdullah Gymnastiar



Anjuran mendo'akAn orang lain & keutamaannya :



عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: ” دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “



Dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



“Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah.



Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya.



Setiap kali orang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.”



(HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no. 2895 dan Ahmad no. 21708)



Ayoo perbanyak do'a untuk yang lain, jangan fokus hanya mendo'akan diri sendiri, akan jauh lebih nikmat kita bisa membantu, walau baru dengan do'a

Jumat, 26 Juli 2013

Putra-Putri Nabi Muhammad saw.

                                     

Putra-Putri Nabi Muhammad saw.

Al-Qasim, seorang laki-laki, anak pertama Rasulullah saw. yang dilahirkan dan meninggal sebelum masuk masa kenabian (masa mulai turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw.), ketika meninggal ia masih berusia dua tahun.
Abdullah, putra Nabi saw. yang disebut juga at-Thayyib dan at-Thahir, ada pula yang berpendapat bahwa nama lainnya adalah at-Thayyib bukan at-Thahir. Mengenai kelahirannya ada yang berpendapat bahwa ia lahir ketika telah masuk masa kenabian, tetapi ada pula yang mengatakan kalau ia tak pernah menemui masa kenabian.
Zainab, anak perempuan Rasulullah saw. yang tertua. Melahirkan anak yang bernama ‘Aliy dan Yahya yang keduanya meninggal waktu masih kecil.
Ruqayyah, putri Rasulullah saw. yang diperistri oleh Utsman bin Affan. Beliau melahirkan seorang anak yang bernama Abdullah. Putri Rasulullah saw. ini wafat pada hari ketika Zaid bin Haritsah menyampaikan berita gembira tentang kemenangan kaum muslimin dalam pertempuran Badar.
Ummu Kultsum, putri Nabi saw. yang dinikahi Utsman bin Affan setelah saudarinya (Ruqayyah) wafat. Ummu Kultsum wafat pada bulan Sya’ban tahun 9 Hijriyah tanpa memiliki anak.
Fathimah (Fatimah), putri Nabi saw. yang diperistri oleh ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau melahirkan anak yang bernama Hasan, Husain, Muhsin, Ruqayyah, Zainab dan Ummu Kultsum. Adapun Muhsin dan Ummu Kultsum meninggal waktu masih kecil.
Ibrahim, putra Rasulullah yang meninggal saat berumur tujuh puluh malam, ada pula yang mengatakan saat berusia tujuh bulan dan yang lain berpendapat berumur delapan bulan.
Putra-putri Nabi Muhammad saw. yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah dilahirkan di Makkah oleh istri Nabi saw. yang pertama, yaitu Khadijah r.a. Semua putri Rasulullah saw. pernah mengalami masa kenabian, masuk Islam dan turut berhijrah ke Madinah.

Adapun Ibrahim dilahirkan di Madinah oleh istri Nabi saw. yang bernama Maria al-Qibthiyyah (orang Mesir).

Semua anak-anak Nabi saw. meninggal saat beliau masih hidup, kecuali Fathimah yang wafat paling akhir, yakni tujuh bulan setelah wafatnya Rasulullah saw.

Mengapa Semua Putra Nabi Diwafatkan Masih Kecil?

Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, putra-putra Rasulullah saw. (al-Qasim, Abdullah dan Ibrahim) semuanya meninggal ketika masih kecil, sehingga keturunan Rasulullah saw. diteruskan lewat anak perempuan beliau. Mengapa bukan dari anak laki-lakinya dan mengapa pula mereka diwafatkan sewaktu masih kecil?

Ini karena Nabi Muhammad saw. telah ditetapkan sebagai nabi terakhir sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT. dalam al-Qur’an Surah al-Ahzab ayat 40 yang artinya:

“…tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

oleh karena itu seandainya putra-putra beliau tumbuh dewasa, maka mereka hanya akan menjadi orang biasa dan tidak akan mungkin menjadi nabi, padahal nabi-nabi yang lain mempunyai putra-putra yang juga menjadi nabi (seperti Nabi Ibrahim yang punya anak Nabi Ismail dan Nabi Ishaq; Nabi Ya’qub punya anak Nabi Yusuf; Nabi Daud punya anak Nabi Sulaiman), untuk itulah Allah mewafatkan putra-putra Rasulullah saw. agar kehormatan dan keutamaan beliau sebagai Pemimpin/Penghulu Para Nabi dan Rasul (Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin) tetap terjaga. Walhasil, keturunan Rasulullah saw. diteruskan oleh anak perempuan beliau, karena orang perempuan tidak pernah menjadi nabi.


sbr;http://forget-hiro.blogspot.com/2010/09/mengapa-semua-putra-nabi-diwafatkan.html

Muhammad Saw dalam Kitab Suci

                                 


Ada anggapan di sebagian non-Muslim bahwa Muhammad Saw hanyalah seorang nabi yang diutus untuk bangsa Arab saja. Sebagaimana Yesus (Isa as) yang diutus untuk Bani Israil, maka demikian juga Nabi Muhammad Saww diutus hanya untuk bangsa Arab. Pendapat lainnya menilai bahwa Muhammad Saw bukanlah seorang nabi melainkan orang yang melangkah di jalan kenabian. Pandangan ini diyakini oleh Timothy dari Gereja Nestorian, seperti yang diungkapkan Alwi Shahab dalam pengantar buku Muhammad & Isa (Mizan: 1999). Timothy menyebutnya sebagai seorang yang berjalan di tapak para nabi—walau tidak secara khusus mengakui Muhammad Saw sebagai nabi.


Dalam satu sisi anggapan ini tentu baik. Sebab, kita sadar bahwa jika seorang pemeluk Kristen mengakui Muhammad sebagai nabi yang diutus untuk segenap manusia, niscaya pengakuan semacam ini akan merontokkan fondasi keyakinan Kristen yang dianutnya. Belakangan muncul kajian-kajian atas tradisi agama lain seperti Kristen, Hindu dan Budha yang banyak mengungkapkan nubuat-nubuat seputar kelahiran dan kemunculan Nabi Saw berikut karakter pribadinya. Umpamanya, melalui telaah mendalam atas Yesaya 42 dari tradisi Kristen didapatkan bahwa sosok yang diceritakan dalam pasal itu mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad Saw. Demikian pula dalam tradisi Hindu dan Budha. Dijumpai dalam kitab-kitab mereka akan adanya utusan akhir zaman yang akan menyelamatkan manusia. Secara sepintas di bawah ini akan disajikan—meski selintas—nubuat dari tiga tradisi itu.



Tradisi Kristen
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. (Yesaya 42: 1) Dalam ayat ini, jika kita menganggap “orang pilihan-Ku” sebagai kata benda maka pilihan-Ku = pilihan Tuhan = Mushthafa (dalam bahasa Arab), yakni nama nabi kita Muhammad Saw. Semua nabi setelah Ya’qub as yang disebutkan dalam Injil diutus untuk bangsa Israel bukan semua bangsa. Ini termasuk Yesus (Isa) (lihat Matius15: 21-26, Matius 10: 5-6 dan banyak lagi). Adapun Isa as tidak cukup lama tinggal di bumi untuk melakukan misinya. Namun Muhammad Saw diutus untuk semua bangsa dan membawa pesan dan keputusan kepada bangsa-bangsa. Selanjutnya dalam Yesaya 42: 2 dikatakan: “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.” Kata “tidak menangis” diartikan sebagai “tidak mengeluh terhadap tugas yang Aku embankan kepadanya”.


Sekarang jika Anda membaca Injil Matius 26: 39-42, kita tidak bisa mengatakan bahwa Isa as tidak pernah mengeluh. Artinya, ayat ini tidak cocok diterapkan kepada Isa as. Namun jika Anda membaca sejarah kehidupan Muhammad Saw, kita tidak bisa mendapatkan bahkan satu kalimat keluhan yang keluar dari lisan suci Nabi Muhammad Saw tentang misi yang dipikulkan oleh Allah Yang Mahakuasa. “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” (Yesaya 42: 4). Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Yesus (Isa as) tidak sampai merampungkan misinya yang telah berlangsung selama tiga tahun. Pembaca bisa menemukan hal ini di banyak tempat dalam Perjanjian Baru. Ia pun tidak bisa menegakkan hukum di muka bumi, karena pengikutnya sedikit dan mereka punya sedikit iman (ini pun bisa ditemukan di banyak tempat dalam Perjanjian Baru). Dan mereka “meninggalkannya dan kabur”ketika tentara Romawi menahan Yesus. Ia sendiri berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yohanes 18: 36).


Sebaliknya, misi Muham-mad Saw berhasil dengan tegaknya sebuah negara dan mengatur dengan hukum yang diberikan oleh Allah. Karena itu, ia menegakkan hukum di muka bumi, di bumi Madinah al-Munawarrah. Dalam frase tersebut disebutkan bahwa Tuhan menyebutkan “hukum-nya” dan ayat 9 menyebutkan “Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan”. Ini artinya ia (nabi baru) akan membawa hukum baru. Tapi jika kita baca Injil, kita lihat bahwa Yesus berkata dalam Matius 5:17:“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Jika kita baca lebih jauh, kita paham bahwa Yesus tidak datang dengan hukum baru. Sementara Muhammad Saw datang dengan hukum baru.


Kejelasan akan datangnya Muhammad Saw lebih terbaca lagi dalam Yesaya 42: 8 yang berbunyi: Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung. Melihat konteks sejarahnya, kita lihat bahwa perkataan Tuhan ditujukan kepada Muhammad Saw dan bukan Isa as.


Alasannya, Isa as datang untuk bangsa Israel dan mereka tidak menyembah berhala. Adapun Muhammad Saw datang kepada kaum Arab yang menyembah berhala pada masa Jahiliah. Seterusnya, Nabi Muhammad Saw menghancurkan berhala. Jika kita membaca Yesaya 42: 17, hal itu akan dipahami lebih jelas. “Baiklah mereka memberi penghormatan kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-pulau.” (Yesaya 42: 12). Ayat ini mengacu kepada lafaz azan sebagai panggilan shalat. Makna azan mengandung puji-pujian kepada TUHAN. Ayat ini secara implisit merujuk kepada kandungan azan Islam yang memuat nama Allah dan Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana terlihat, azan bergaung di mana-mana menyerukan nama Allah dan Rasul-Nya yang tiada keturunan Ibrahim as dari jalur Ismail as. Nabi Isa as sendiri keturunan Ishak (Rujuk Kejadian 25: 13-16) Jelaslah, ayat ini (ayat 11) tidak sedang membincangkan Isa as melainkan Muhammad Saw.


Jika Anda melihat ritual Muslim (khususnya haji), Anda akan melihat kota-kota tersebut (Makkah dan Madinah) menyaringkan suara mereka (azan) dan orang-orang menyeru dan memuji Allah dari puncak gunung, khususnya Bukit Arafah. Tentang azan sendiri, Anda bisa melihat bahwa di setiap negeri Muslim, orang-orang diseru untuk shalat melalui panggilan azan yang mirip nyanyian. Bahkan jauh dari kota, Anda bisa mendengar azan ini. Makna azan itu sendiri adalah: Allah Mahabesar, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah, Dan seterusnya.



Tradisi Budha
Dalam tradisi Budha, pemimpinnya sendiri Sidharta Gautama telah meramalkan kedatangan seorang manusia yang diberi wahyu. Dalam Doktrin Budha (The Gospel of Buddha) oleh Caras (hal.217-8) tercantum bahwa Budha agung yang akan datang ke dunia ini dikenal sebagai “Maitreya”. Cakkavatti-Sihanada Suttana memberinya nama “Meteyya”. Kedua kata ini bermakna “pemberi rahmat”. Dengan merujuk kepada sejarah kehidupan Muhammad Saw, kentara sekali beliau adalah orang sangat penyayang dan al-Quran juga menyebut-nyebut fakta ini.


Ada sejumlah kesamaan lebih jauh, seperti yang terbaca dalam kitab suci kaum Budha: “Para pengikutnya (Maitreya) berjumlah ribuan orang, sementara jumlah pengikutku ratusan orang.” Faktanya, pengikut Nabi Muhammad Saw berjumlah ribuan orang (sekarang tentunya jutaan). Ada sejumlah kesamaan lain yang akan diuraikan di bawah.


Dalam Doktrin Budha (oleh Caras, hal.214), seorang Budha yang tercerahkan itu dilukiskan sebagai memiliki kulit yang amat terang dan bahwa seorang Budha memperoleh “pandangan yang luhur di malam hari”. Dalam kenyataan sejarah, Nabi Saw acap melakukan shalat malam (tahajjud) sebagai pantulan cintanya yang mendalam kepada Sang Pencipta. Selama hayatnya, Nabi Saw tidak pernah meninggalkan shalat malam. Buahnya, beliau mendapatkan pandangan yang tajam untuk merekonstruksi peradaban baru manusia, peradaban Islam.


Dalam Si-Yu-Ki, jilid 1, hal.229, tertulis bahwa “…tak satu kata pun yang mampu menguraikan kemuliaan pribadi Maitreya.” Pembaca bisa merujuk sejarah Islam secara detail. Baik Muslim maupun non-Muslim sepakat dalam menegaskan bahwa Muhammad Saw sangatlah rupawan dan menarik baik dari sisi lahiriah maupun batiniah. Ketegasan dan kelembutan pribadi beliau memanifestasikan sifat-sifat Tuhannya. Inilah yang menyulitkan pemaparan kemulian pribadi Nabi Saw.. Dalam kitab dan jilid yang sama, tercantum “…suara indah dari Bodhisatwa (Maitreya) begitu lembut, merdu, sekaligus santun. Mereka yang mendengar tidak pernah merasa bosan dan puas.” Nabi Saw yang lahir dari kalangan Arab tentunya paham benar akan bahasa Arab. Dan, bahasa Arab yang digunakan al-Quran luar biasa indahnya. Karena itu, al-Quran Suci sendiri dinilai sebagai suatu karya kesusastraan khusus dengan bobot tertinggi yang memberikan manfaat kepada kawan dan lawan. Kelembutan Nabi Saw dan keindahan bahasa al-Quran menjadikan setiap perkataan Nabi Saw tidak pernah dikenai rasa bosan dan letih untuk disimak.


Seorang Budha mestilah seorang manusia—bukan dewa. Sang Budha tersebut mesti memiliki lima karunia khusus, yakni karunia harta kekayaan, karunia anak, karunia istri, karunia kekuasaan (yakni kepemimpinan), dan karunia kehidupan dan pengikut. Sebagai tambahan, Budha tersebut tidak punya guru, yakni tanpa menempuh suatu jenjang pendidikan formal. Gautama juga menekankan bahwa Budha itu seorang yang bersahaja yang mengatakan keselamatan itu hanya tergantung pada amal perbuatan individu.


Ciri-ciri di atas jelas senapas dengan kehidupan Nabi Muhammad Saw. Kita saksikan bahwa Nabi Saw seorang yang memiliki lima hal tadi. Nabi Saw memiliki keturunan yang banyak sampai sekarang. Di antaranya ada yang menjadi para pemimpin (imam) bagi kaum Muslim. (Tentang keturunan yang banyak ini, baca Kejadian 12: 2, 3, 7 dan Kejadian 16: 9-11, sewaktu membahas perjanjian antara Nabi Ibrahim (Kristiani; Abraham) dan Tuhan. Akhirnya, Nabi Saw sendiri tidak pernah belajar sama sekali dari seorang guru pun. Ilmu yang beliau dapatkan murni dari Allah sebagai buah perenungannya akan kenya-taan semesta ditambah kesucian jiwanya.



Tradisi Hindu
Sebagaimana dalam dua tradisi agama di atas, dalam kitab suci Hindu pun ditemukan hal yang sama mengenai ciri-ciri yang mengarah kepada Nabi Saw. Seorang profesor Hindu terkenal, Vedaprakash Upadhyay, dalam bukunya yang menarik mengklaim bahwa deskripsi “Avatar” yang terdapat pada kitab suci agama Hindu sejalan dengan pribadi Nabi Muhammad Saw.


Baru-baru ini sebuah buku yang menyingkap fakta tersebut telah diterbitkan. Buku itu menjadi topik diskusi dan perbincangan di seluruh negeri. Penulis buku itu seorang Muslim. Ia mungkin telah ditahan atau dibunuh. Boleh jadi semua salinan buku itu telah dihilangkan. Buku itu bertajuk “Kalki Avatar”. Pundit Vedaprakash Upadhyay adalah seorang Hindu Brahmana dari Bengali. Sarjana peneliti di Universitas Allahabad—setelah bertahun-tahun melakukan riset—akhirnya menerbitkan bukunya.


Keterangan dari Pundit Vaid Parkash telah disiarkan di BICNews pada 8 Desember 1997 yang diterjemahkan oleh Mir Abdul Majeed. Sebelumnya, pernah dimuat di The Message, edisi Oktober 1997. Tidak kurang 8 pundit besar mendukung dan merestui butir-butir argumennya sebagai yang otentik. Menurut kepercayaan Hindu, dunia Hindu tengah menunggu “Pemimpin dan Pembimbing”, yang bernama “Kalki Avatar”. Akan tetapi deskripsi yang dicantumkan dalam kitab-kitab suci agama Hindu merujuk kepada Nabi Muhammad Saw dari Arab. Karena itu, umat Hindu di seluruh dunia semestinya tidak menunggu lebih lama lagi kedatangan ‘Kalki Avatar’ dan harus menerima Nabi Muhammad Saw sebagai Kalki Avatar.


Inilah fakta-fakta yang diuji dan didukung oleh tidak kurang dari delapan pundit terkemuka. Apa yang dikatakan penulis adalah bahwa umat Hindu—yang masih harap-harap cemas menunggu kedatangan Kalki Avatar—agaknya menyerahkan diri mereka sendiri kepada penderitaan yang tak kunjung usai. Padahal utusan agung tersebut telah datang dan meninggalkan dunia ini 14 abad yang silam. Pengarang tersebut telah mengajukan bukti-bukti kuat dari kitab Veda dan kitab suci Hindu lain untuk mendukung klaimnya: Dalam kitab Purana, misalnya, disebutkan bahwa Kalki Avatar merupakan utusan terakhir di dunia ini. Ia memberi petunjuk seluruh manusia. Nabi Islam Saw diutus bagi segenap manusia. Bukan untuk salah satu golongan. Menurut prediksi agama Hindu, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di Semenanjung (yang menurut agama Hindu kawasan Arab). Ini ramalan yang sesuai dengan faktanya dimana Islam lahir di kawasan Arab.


Masih dalam kitab-kitab Hindu juga, nama ayah dan ibu Kalki Avatar masing-masing adalah Vishnubhagath dan Sumaani. Jika kita menilik arti kedua nama tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang menarik. Dalam kosakata Hindu, Vishnu artinya Allah dan Bhagath artinya hamba. Kalau digabung berarti hamba Allah yang dalam bahasa Arab berarti Abdullah. Ia adalah ayah Nabi Saw.


Sumaani artinya kedamaian atau ketenteraman. Dalam bahasa Arab sepadan dengan kata Aminah (‘kedamaian’) yang tiada lain adalah nama ibunda Nabi Saw. Selanjutnya, dinyatakan dalam kitab Veda, kelahiran Kalki Avatar akan terjadi di tengah klan keluarga bangsawan. Jelas ini merujuk ke suku Quraisy di mana Nabi Saw dilahirkan. Dalam kitab yang sama, Tuhan akan mengajar Kalki Avatar melalui utusan (malaikat)-Nya di dalam gua. Ini sesuai dengan riwayat kehidupan Nabi Saw. Allah mengajar Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril, dalam suatu gua yang disebut Gua Hira. Tuhan pun menyiapkan Kalki Avatar dengan bantuan-Nya. Ini secara jelas terbukti dalam Perang Uhud.


Semua hal itu menjadi segelintir bukti yang mengisyaratkan universalitas pribadi Muhammad Saw dan agamanya, Islam. [maulanusantara]

Sukarno, Bukan Soekarno

                                                                        


                

Naskah Supersemar tersebut beredar dari milis dan email. Dalam versi online ini, naskah Supersemar diketik di atas kertas berkop Presiden Republik Indonesia disertai logo padi dan kapas di atasnya.

Selain logo padi dan kapas, ada juga logo burung Garuda di sisi kiri. Di akhir naskah ada tanda tangan Presiden Indonesia Soekarno pada 11 Maret 1966. Naskah ditulis dalam ejaan lama. Sejumlah kejanggalan ada dalam naskah tersebut. Misalnya meskipun menggunakan ejaan lama, anehnya nama Soeharto dan Soekarno ditulis dengan ejaan baru.
(Klik gambar untuk memperbesar)

Apa yang aneh? Sewaktu saya membaca kalimat "Naskah ditulis dalam ejaan lama. Sejumlah kejanggalan ada dalam naskah tersebut. Misalnya meskipun menggunakan ejaan lama, anehnya nama Soeharto dan Soekarno ditulis dengan ejaan baru", saya merasa aneh dan gusar bukan karena Soekarno ditulis dengan Sukarno dan Soeharto ditulis dengan Suharto, tetapi gusar karena ketidaktahuan wartawan penulisnya pada sejarah penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia. Penulis berita tersebut jelas tidak tahu apa itu yang dimaksud dengan ejaan lama dan yang dimaksud dengan ejaan baru.

Sebelum tahun 1948, ejaan untuk menuliskan bahasa Indonesia mengikuti ejaan Charles van Ophuijsen, yang kemudian disederhanakan oleh Menteri PP dan K, Mr. Soewandi pada tanggal 19 Maret 1947, yang pelaksanaannya baru pada tahun 1948. Penyederhanaan tersebut yaitu dengan mengubah oe menjadi u (satu fonem digambar dengan satu huruf/lambang).

Usaha tersebut dilanjutkan dengan dikeluarkannya keputusan tentang ejaan yang disempurnakan (EYD) pada tanggal 17 Agustus 1972 oleh Menteri P dan K, Mashuri Saleh, dimana tj diubah menjadi c dan dj diubah menjadi j.

Ejaan lama biasanya ditujukan pada ejaan van Ophuijsen, sedangkan ejaan baru biasanya dimaksudkan pada EYD, yang usaha penyempurnaannya mulai dilakukan sejak masa Mr. Soewandi. Jadi, kembali ke soal penamaan Sukarno dalam Supersemar di atas, sebenarnya bisa dimaklumi karena pada masa dituliskannya surat perintah tersebut telah berlaku penggunaan ejaan u untuk mengganti oe (Sukarno, bukan Soekarno).

Oke, sekarang Anda pasti akan bertanya, bukankah nama asli Bung Karno adalah Soekarno seperti tanda tangan yang ditorehkannya pada teks Proklamasi Kemerdekaan dan Supersemar di atas? Bukankah penulisan nama tidak boleh diubah/berubah karena mengandung konsekuensi hukum? Berani benar tukang ketiknya mengubah nama Soekarno menjadi Sukarno dan anehnya Presiden Sukarno mendiamkannya begitu saja?

Waah banyak ya pertanyaannya...

Sebenarnya Bung Karno sendirilah yang mengubah namanya menjadi Sukarno, karena beliau tidak suka namanya dituliskan dengan ejaan penjajah. Berikut saya kutipkan penjelasannya dari Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno):
...ketika menjadi Presiden RI, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.





sbr;http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/sukarno-bukan-soekarno.html

Kamis, 25 Juli 2013

Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro lahir sekitar 1785. Pangeran ini merupakan putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III yang memerintah pada tahun 1811 hingga 1814.Ibunya bernama, Raden Ayu Mangkarawati, yang merupakan keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur. Saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir. (Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89). Kondisi kraton ketika itu penuh dengan intrik dan persaingan akibat pengaruh Belanda.

                   


Sebab itulah sejak kecil Diponegoro yang bernama asli Pangeran Ontowiryo dikirim ibunya ke Tegalrejo untuk diasuh neneknya, Ratu Ageng di lingkungan pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa dengan berpakaian wulung.Diponegoro belajar mengenai Islam kepada Kyai Taftayani, salah seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di dekat Tegalrejo. Menurut laporan residen Belanda pada tahun 1805, Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan, Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29). Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Penolakan ini disebabkan karena untuk menjadi seorang Raja yang mengangkat adalah orang Belanda.

Sehingga Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Keputusan ini merupakan hasil perenungannya di pantai Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).

Perang besar

Dalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19,. Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menurut Steenbrink meyepakati bahwa perang Dipnegoro lebih bersifat perang anti kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurang adilan di masyarakat Jawa 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja tetapi juga untuk kepentingan Belanda.

Alasan lebih filosofis dalam perang melawan belanda yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, “Tujuan utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat.”

Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi” (Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah Jawa).

Kareel A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan perjuangannya. Cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro. Disamping itu 90 persen pangeran Kasultanan Yogyakarta juga ikut mendukung Diponegoro.

Bagi sebagian kalangan, ini cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan kembali dua kubu tersebut.

Paduan motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial bahkan hampir membangkrutkan VOC. Korban perang Diponegoro: orang Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya perang 20 juta gulden. Total orang jawa yang meninggal, baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, sementara separuh penduduk Yogyakarta terbunuh.
Data ini menunjukkan, dahsyatnya Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan jurbahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia.

Sumber: http://id.shvoong.com/

Selasa, 23 Juli 2013

Senin, 22 Juli 2013

Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia

36 1 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 2 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 310 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 4 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 5 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 6 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 7 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 8 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 9 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 10 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 11 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 12 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 13 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 14 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 15 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 16 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 17 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 18 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 19 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia
36 201 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 21 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia
36 22 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia
36 23 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 24 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 25 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 26 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 27 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 28 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 29 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 30 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 31 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 32 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 33 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 34 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 35 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 36 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 37 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 38 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 39 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 40 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 41 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 42 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 43 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 44 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 45 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 46 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 47 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 48 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 49 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 50 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 51 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 52 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 53 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 54 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 55 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 56 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 57 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 58 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 59 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 60 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 61 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 62 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 63 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 64 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 65 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 66 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 67 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 68 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 69 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 70 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 71 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 72 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 73 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 74 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 751 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 76 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 77 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 78 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 791 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 801 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 81 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 82 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia36 83 Surat Yasin Tulisan Arab Dan Terjemahan Bahasa Indonesia





1. Yaa siin[1263]
2. demi Al Quran yang penuh hikmah,
3. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
4. (yang berada) diatas jalan yang lurus,
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
6. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
7. Sesungguhnya telah pasti Berlaku Perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.
8. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka karena itu mereka tertengadah.
9. dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
10. sama saja bagi mereka Apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
11. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan[1264] dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
12. Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
13. dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, Yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.
14. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu”.
15. mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”.
16. mereka berkata: “Tuhan Kami mengetahui bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu”.
17. dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.
18. mereka menjawab: “Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya Kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”.
19. utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas”.
20. dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”.
21. ikutilah orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
22. mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?
23. mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika (Allah) yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?
24. Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
25. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; Maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.
26. dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke syurga”[1265]. ia berkata: “Alangkah baiknya Sekiranya kamumku mengetahui.
27. apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan”.
28. dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah Dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.
29. tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; Maka tiba-tiba mereka semuanya mati.
30. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang Rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
31. tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka[1266].
32. dan Setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada kami.
33. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.
34. dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
35. supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?
36. Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
37. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267].
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
41. dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.
42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu[1268].
43. dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, Maka Tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. tetapi (kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
45. dan apabila dikatakan kepada mereka: “Takutlah kamu akan siksa yang dihadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat”, (niscaya mereka berpaling).
46. dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.
47. dan apabila dikatakakan kepada mereka: “Nafkahkanlah sebahagian dari reski yang diberikan Allah kepadamu”, Maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: “Apakah Kami akan memberi Makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, Tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata”.
48. dan mereka berkata: “Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”.
49. mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja[1269] yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
50. lalu mereka tidak Kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.
51. dan ditiuplah sangkalala[1270], Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
52. mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami dari tempat-tidur Kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).
53. tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, Maka tiba- tiba mereka semua dikumpulkan kepada kami.
54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
56. mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.
57. di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta.
58. (kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai Ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang.
59. dan (Dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, Hai orang-orang yang berbuat jahat.
60. Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”,
61. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
62. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka Apakah kamu tidak memikirkan ?.
63. Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya).
64. masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.
65. pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
66. dan Jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan, Maka betapakah mereka dapat melihat(nya).
67. dan Jikalau Kami menghendaki pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada; Maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
68. dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya)[1271]. Maka Apakah mereka tidak memikirkan?
69. dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
70. supaya Dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.
71. dan Apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka Yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?
72. dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; Maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.
73. dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?
74. mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.
75. berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; Padahal berhala- berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.
76. Maka janganlah Ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
77. dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
78. dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”
79. Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.
80. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
81. dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha mengetahui.
82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.
83. Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

[1263] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
[1264] Maksudnya peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. hanyalah berguna bagi orang yang mau mengikutinya.
[1265] Menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah ia mengucapkan kata-katanya sebagai nasihat kepada kaumnya sebagaimana tersebut dalam ayat 20 s/d 25. ketika Dia akan meninggal. Malaikat turun memberitahukan bahwa Allah telah mengampuni dosanya dan Dia akan masuk syurga.
[1266] Maksudnya mereka itu tidak kembali kedunia.
[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
[1268] Maksudnya : binatang-binatang tunggangan, dan alat-alat pengangkutan umumnya.
[1269] Maksudnya: suara tiupan sangkalala yang pertama yang menghancurkan bumi ini.
[1270] Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua yang sesudah nya bangkitlah orang-orang dalam kubur.
[1271] Maksudnya: kembali menjadi lemah dan kurang akal.


sumbrhttp://adehumaidi.com/islam/surat-yasin-tulisan-arab-dan-terjemahan-bahasa-indonesia;



Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...