Translate

Jumat, 17 Mei 2013

PUASA EMPAT UNSUR MANUSIA

                                            

  Pada Dasarnya, Setiap Manusia Dihadapkan Pada Puasa Yang Sejatinya, Dilakukan Selama 12 Bulan Berturut-Turut Tanpa Henti Sepanjang Manusia Hidup. Idealnya Puasa Tersebut Disetting Menjadi Prinsip Dan Pola Hidup Dalam Pergaluan Dan Kehidupan Bermasyarakat. Adapun Puasa Meliputi Puasa 4 Unsur Inti Manusia.
 

1. PUASA JASAD/RAGA/BADAN KASAR
 

Terdiri Dari Beberapa Puasa Antara Lain PUASA MULUT Yakni ; Tidak Bicara Yang Membuat Sakit Hati Orang Lain, Tidak Bicara Yang Mencelakai Orang Lain. Tidak Berucap Yang Membuat Keresahan Dan Kegelisahan. Sebaliknya, Kita Manfaatkan Mulut Kita Bertutur Kata Yang Menentramkan Perasaan Sesama. Menghibur Bagi Yang Sedang Tertimpa Kesusahan. Berbicara Yang Bersifat Konstruktif Dan Membangun. PUASA PIKIR ; Tidak Berprasangka Buruk, Tidak Negative Thinking, Tidak Picik Akal, Tidak Membuat Rencana Buruk, Destruktif, Propokatif. Sebaliknya, Bukalah Pikiran Seluas-Luasnya, Tidak Hanya Mengandalkan Konsep Berfikir Sebagai Senjata Utama Mengupas Permasalahan, Jadikan Pikiraan Yang Mampu Menerima Sinyal-Sinyal Dari Batin Agar Pikiran Menjadi Lebih Cermat Dan Teliti. Mulailah Membaca Sesuatu Berangkat Dari Pikiran Yang Netral Dan Prasangka Positif. PUASA BADAN Jasmani ; Tidak Mengumbar Nafsu Makan, Tidak Mengutamakan Kenikmatan Ragawi, Tidak Bertingkah Provokatif ; Mencelakai Orang Lain, Menyinggung Perasaan Orang, Tidak Berulah Atau Bersikap Menganggu Ketentraman Dan Kebahagiaan Sesama. Makan Pada Saat Rasa Lapar Telah Tiba, Berhenti Sebelum Kenyang. Namun Lebih Baik Makan Seadanya Atau Tidak Mengada-Ada Atau Memaksa Mengadakan. PUASA TELINGA ; Tidak Memanfaatkan Telinga Untuk Sesuatu Yang Merugikan Dan Mencelakai Orang Lain. Sebaliknya, Telinga Dimanfaatkan Untuk 
Tindakan-Tindakan Yang Konstruktif, Yang Dapat Membangun Kemuliaan Hidup Diri Sendiri Dan Orang Banyak.
 

2. PUASA HATI/KALBU/CIPTA
Tidak Iri Dan Dengki Terhadap Prestasi Orang Lain, Tidak Panasten, Tidak Melecehkan Dan Meremehkan Pendapat Orang Lain Sekalipun Ia Kita Sangka Bodoh, Karena Jalma Tan Kena Kinira. Tidak Kagetan, Tidak Gumunan, Tidak Egois, Tidak Picik Hati. Sebaliknya; Menjadikan Hati Sebagai Gudang Ilmu Dengan Cara Membuka Hati Dari Luasnya Ilmu Pengetahuan Dan Sumber-Sumber Kebenaran.
 

3. PUASA JIWA/SUKMA/ROH
Tidak Berkeinginan Yang Berlebihan Atau Melebihi Batas Kewajaran. Tenang, Awas, Tidak Mudah Terkecoh, Tidak Mudah Panik Dan Gundah. Selalu Eling Dan Waspada. Eling Sangkan Paraning Dumadi, Waspada Terhadap Segala Hal Yang Menjadi Penghalang Kemuliaan Hidup.
 

4. PUASA RAHSA
Duwe Rasa, Ora Duwe Rasa Duwe. Akan Menjadikan Batin Lebih Tenang, Hati Tenteram, Pikiran Jernih, Tidak Mudah Kecewa Dan Patah Hati, Badan Selalu Sehat Jasmani Dan Rohani.
Di Antara Puasa 4 Unsur Tersebut Tentu Saja Puasa Unsur Yang Ke 2, 3 Dan Ke 4 Semakin Sulit Dijalani. Namun Tanpa Pernah Kita Belajar Dan Mencobanya, Ibarat Komputer Yang Specnya Dilengkapi Dengan Software Tinggi Dan Canggih, Namun Software Tersebut Menjadi Sia-Sia. Sebab Kita Tidak Bisa Memanfaatkan Performance Dari Software Pemberian Tuhan Secara Optimal.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...