Translate

Senin, 23 Desember 2013

YANG DIIRIKAN DAN DIINGINI GUS DUR




YANG DIIRIKAN DAN DIINGINI GUS DUR

Suatu ketika saat sedang berdua dengan Gus Dur beliau bercerita banyak hal tentang keteladanan ulama-ulama terdahulu. Saat beliau pergi ke Baghdad Irak di tahun 1991 bersama Ibu Sinta Nuriyah dan adik bungsunya, Hasyim Wahid, di sela-sela dialog saya bertanya kepada Gus Dur: “La menawi ingkang dipun pengini Bapak piyambak nopo?” (Kalau bapak sendiri penginnya apa).

Jawab Gus Dur: “Jan jane aku iku lo iri karo Kanjeng Nabi”, beliau sambil ngekek tertawa. “Lo nganti saiki ora mandeg-mandeg walaupun sak detik ummate moco sholawate Kanjeng Nabi terus ra ono watese. Iku kerana welas asihe Kanjeng Nabi maring ummate.” (Aku lho iri sama Kanjeng Nabi Saw. Karena sampai saat ini tidak pernah lewat sedetikpun ummatnya berhenti, terus siang malam tak ada batasnya membacakan sholawat Nabi Saw.)

“Nek diarani kepengin, aku mung pengin nek aku mati wong-wong iku ora mandeg macakna meski mung Fatehah kanggo aku” (Kalau dianggap saya punya keinginan, aku hanya ingin jika aku meninggal nanti orang-orang tidak berhenti mendoakan saya meskipun hanya dengan membacakan surat al-Fatihah), imbuh Gus Dur.

“Dan nanti kalau ada kesempatan, ziarahlah kamu ke Syaikh Abdul Qodir Jailani di Baghdad,” kata beliau lagi.

“Nggih Pak,” jawabku.

Dari kalimat di atas saya memahaminya seperti ini: meskipun Gus Dur sedang memerankan peran apapun di dunia baik sebagai Kyai, Ketua Umum PBNU, Ketua Dewan Syuro PKB, Politisi, Budayawan, Presiden WCRP, Presiden RI, maupun Guru Bangsa, Gus Dur tetap merasa tidak menjadi apa-apa. Dan semuanya itu hanya jalan untuk mendapatkan ridha Nya Allah Swt. (Sumber cerita: Gus Nuruddin Udien Hidayat).

Lahu al-Fatihah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...