Translate

Minggu, 01 Desember 2013

FIDYAH SHOLAT ORANG YANG TELAH MENINGGAL

                                           Buya Yahya MENJAWAB
              
         

FIDYAH SHOLAT ORANG YANG TELAH MENINGGAL

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. 
Buya saya mau bertanya, jika ada orang yang meninggal dunia boleh tidak di bayarkan fidyah sholatnya ?

Wa’alaikumsalam. Wr. Wb. 
Sholat lima waktu adalah kewajiban yang amat besar dosanya bagi orang yang meninggalkan tanpa udzur. Maka jangan sampai ada yang meninggalkan sholat dengan sengaja apalagi berangan-angan untuk dibayarkan fidyah setelah mati. Jika ada orang yang meninggal dunia lalu dia pernah hutang sholat maka dalam hal ini ada tiga pendapat yang dijelaskan oleh ulama dalam Madzhab Imam Syafi’i. 

1.Pendapat yang paling kuat adalah tidak usah diqodho’ oleh ahli keluarganya dan juga tidak perlu dibayarkan fidyah, akan tetapi cukup didoakan semoga Allah mengampuninya.

2. Pendapat yang kedua dibayarkan fidyahnya setiap 1 sholat dibayar sebesar 1 mud (6,7 ons) diberikan kepada fakir miskin. 

3.Pendapat yang ketiga di qodhoi oleh ahli warisnya. Dan dari semua pendapat ini bisa dipakai dalam madzhab Imam Syafi’i dan semuanya ada hujjah-hujjahnya yang amat jelas dan rinci.

Wallohu a’lam bishshowab




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...