Translate

Senin, 28 Oktober 2013

Rahasia dibalik Shalawat

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan memberinya rahmat kepadanya sepuluh kali.”

Fatwa sayyid Abdur-Rahman bin Musthofa Al-Idrus, Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus (tinggal di mesir), dalam penjelasan Beliau tentang shalawatnya sayyid Ahmad Al-Badawi, menyatakan: "Bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tidak di temukan seorang murobbi (Mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satu pun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan Shalawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga". (komentar ini di tulis dalam kitab yang berjudul ”Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus “)

Kemudian setiap amalan itu mungkin di terima dan mungkin juga ditolak kecuali bacaan shalawat kepada Nabi SAW yang pasti diterima, karena memuliakan kepada Nabi. Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’. Ketahuilah sesungguhnya para ulama’ telah sepakat atas diwajibkannya  membaca “Shalawat dan Salam” untuk Baginda Nabi SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai “kapan” kewajiban itu harus dilaksanakan?.

Menurut Imam Malik, cukup sekali dalam seumur. Menurut Asy-Syafi’i, wajib dibaca pada tasyahud akhir dalam sholat fardhu. Menurut ulama’ lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majlis. Ada juga ulama’ yang berpendapat, wajib dibaca setiap kali mendengar Nama Nabi disebut. Dan ada juga yang mengatakan wajib untuk memperbanyak shalawat, tanpa dibatasi bilangan tertentu.

Secara umum, membaca shalawat kepada Nabi, merupakan hal yang agung dan keutamaannyapun sangat banyak. Membaca shalawat, merupakan bentuk ibadah, yang paling utama dan paling besar pahalanya. Sampai-sampai sebagian kaum “arifin”, mengatakan: “Sungguhnya shalawat itu, bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual (mursyid)”. Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi.

Ingat ! setiap shalawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada Beliau dan Beliau membalasnya dengan do’a yang serupa, artinya Nabi tahu siapa saja yang membaca shalawat kepada Beliau dan menjawab shalawat tersebut dengan do’a yang serupa kepada pembacanya tadi.

Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir (selain shalawat) yang harus melalui bimbingan guru spiritual/mursyid, yang sudah mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon, dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun”. (Hasyisyah Ash-Showi ‘la Al-Jalalain, Hal :287,Juz III, Toha Putra).

Keutamaan Shalawat
Berikut beberapa keutamaan shalawat dan hal-hal yang berkenaan dengannya yang di kutip dari Kitab Nashaihud Diniyyah Wal Washayal Imaniyah, Karya Al Habib Abdullah Bin Alawi Al Haddad, seorang ulama besar abad 17.

Shalawat untuk Rasulullah SAW memiliki keutamaan yang besar dan menghasilkan manfaat yang banyak di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang banyak mengucapkannya. Allah Ta’ala dalam Firman Nya yang maksudnya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya”. [Al Ahzab:56]

Cukuplah bagimu apa yang di sebutkan Allah SWT di atas sebagai penghormatan dan pengagungan bagi Nabi Nya serta dorongan bagi para hamba Nya yang mu’min untuk mengucapkan shalawat dan salam baginya.

Nabi Muhammad SAW Bersabda “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, maka Allah Bershalawat untuknya 10 kali.”

Seorang alim berkata, “Andaikata Allah bershalawat untuk hamba sepanjang umurnya sekali, niscaya hal itu telah cukup baginya sebagai kehormatan dan kemuliaan”. Maka bagaimana dengan 10 shalawat untuk setiap shalawat yang diucapkan muslim untuk Nabinya? Maka Segala Puji bagi Allah atas karunia Nya yang banyak dan pemberian Nya yang besar. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, maka Allah bershalawat untuknya 10 kali, dan mengangkat baginya 10 derajat, menulis baginya 10 kebaikan dan menghapus darinya 10 kesalahan.”

Nabi SAW juga bersabda “Orang yang paling banyak mendapat perhatianku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak shalawatnya untukku”.

Nabi SAW bersabda “Barangsiapa mengucapkan; ‘Allahumma Shalli ‘Alaa Muhammad Wa Anzilhu al-Maq’adal Muqarrab ‘indaka Yaumal Qiyaamah’ (Ya Allah bershalawatlah untuk Muhammad dan tempatkan dia di tempat yang dekat di sisi Mu pada hari kiamat), maka Wajiblah ia mendapat syafa’atku”.

Dalam sabdanya Rasul SAW, ”Barangsiapa mengucapkan, "Jazallahu ‘Anna Muhammad Maa Huwa Ahluhu" (Semoga Allah membalas jasa Muhammad terhadap kami sebagaimana mestinya), maka ia pun telah memayahkan 70 malaikat menulis selama 1000 pagi”

Rasulullah SAW bersabda “Bershalawatlah kalian untukku di mana pun kalian berada, karena shalawatmu sampai kepadaku.”

Diriwayakan bahwa Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang berkeliling bumi menyampaikan kepada Nabi SAW, Shalawat dari ummatnya yang bershalawat untuknya. Diriwayatkan pula bahwa tidaklah seorang dari ummatnya memberi salam kepadanya, melainkan Allah mengembalikan ruhnya yang mulia kepadanya hingga menjawab salamnya. Telah di riwayatkan pula jawaban yang berlipat atas siapa yang memberi salam Kepada nya SAW.

Nabi SAW bersabda, “Telah menjadi hina orang yang namaku disebut di dekatnya, namun ia tidak bershalawat untukku”

Rasul SAW bersabda, “Barangsiapa yang aku di sebut di dekatnya, namun tidak mengucapkan shalawat untukku, ia pun telah menyimpang dari jalan syurga”

Nabi SAW bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan shalawat untukku pada hari jum’at, karena shalawat untukku di tunjukkan kepadaku pada setiap Jum’at. Maka yang terdekat di antara mereka kedudukannya dariku pada hari kiamat ialah yang paling banyak bershalawat kepada ku”.

Nabi SAW juga bersabda, “Bershalawatlah kalian untukku pada malam yang cemerlang dan hari yang indah.” Yakni, malam Jum’at dan siangnya. Oleh karena itu setiap mu’min patut memperbanyak shalawat untuk Rasul SAW dalam seluruh waktunya dan pada malam Jum’at dan siangnya secara khusus. Hendaklah ia menggabungkan salam dengan shalawat untuknya. Allah telah menyuruh mengucapkan keduanya bersama-sama.

Di sebutkan dalam hadits dari Allah Ta’ala bahwa Dia berkata kepada Nabi SAW, “Barangsiapa bershalawat untukmu, Aku pun bershalawat untuknya. Dan siapa mengucapkan salam untukmu, Aku pun mengucapakan salam untuknya”.

Barangsiapa mengucapkan shalawat dan salam untuk Nabi SAW, hendaknya ia ucapkan shalawat dan salam untuk keluarga Nabi SAW sesudahnya, karena Beliau SAW menyukai hal itu bagi mereka. Telah di riwayatkan banyak hadits mengenai hal itu. Disebutkan dalam suatu atsar bahwa shalawat yang di dalamnya tidak terdapat shalawat untuk keluarga Nabi Muhammad SAW maka shalawat tersebut dinamakan shalawat yang buntung. Wallahu A’laam..

Di sarikan dari terjemahan Kitab Nashaihud Diniyyah Wal Washayal Imaniyyal. Sayyid Zaid Husain Al Hamid.

Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Wamawlana Muhammadin Wa 'Ala Alihi Washahbihi Wabarik Wasallim

Wassalam
http://nurulmakrifat.blogspot.com/2013/07/rahasia-dibalik-shalawat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...