Translate

Sabtu, 30 November 2013

Hak Allah SWT

                     

Apakah hak Allah SWT atas hamba-hamba-Nya?

Hak Allah SWT atas mereka adalah bahwa mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.

Apa dalil mengenai hal Allah SWT tersebut?
Sebuah hadits yang diriwayatkan daru Mu’adz bin Jabal RA, ia berkata, “Aku pernah membonceng Nabi SAW di atas seekor keledai. Lalu beliau berkata, ‘Hai Mu’adz, apakah kau tahu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya dan apa hak hamba-hamba Allah terhadap-Nya?’. Aku menjawab, ‘Alla dan Rasul-Nya lebih tahu’.

Beliau berkata, ‘Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah bahwa mereka memyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun, dan hak hamba-hamba Allah terhadap-Nya adalah bahwa Dia tidak menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun’.

Maka kewajiban yang pertama pada seorang hamba adalah mengetahui alasan mengapa dia diciptakan, yaitu menyembah Allah SWT. Tidaklah Allah SWT menciptakan makhluk kecuali untuk menyembah-Nya, sebgaimana firman Allah SWT dalam kitab-Nya yang mulia, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku”. (QS Adz-Dzariyaat: 56).

Berarti hak Allah atas hamba-Nya sangat besar dan karunia Allah terhadapnya sangat besar. Allah SWT menciptakannya dari tiada, memberinya bentuk, menganugrahinya seluruh nikmat, serta menunjukkan kepadanya agama yang lurus.

Ketahuilah dibandingkan besarnya karunia yang Dia berikan, seandainya seorang hamba sujud kepada Tuhannya di atas bara api sejak dunia diciptakan sampai dunia ini hancur, dia belum bisa menunaikan hak islam yang Allah karuniakan kepadanya dan keimanan yang Allah tunjukkan dan anjurkan kepadanya.

Allah SWT punya hak atasnya berupa nikmat-nikmat agama dan dunia, baik pada dzahir maupun batinnya, dalam hati maupun raganya. Sekiranya lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi penanya, semua itu akan habis sebelum sempat menghitung (sekalipun hanya) sepersepuluh nikmat yang Allah berikan kepadanya.

Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya”. (QS An-Nahl: 18). Allah SWT juga berfirman, “Dan Dia menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin”. (QS Luqman: 20).
- See more at: http://nurulmakrifat.blogspot.com/2013/10/hak-allah-swt.html#sthash.7i261y3l.dpuf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...