Ar-Rabb, Yang Maha Mengatur Dan
Menguasai Alam Semesta
Abdullah bin Taslim al-Buthoni. MA
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
http://www.islamhouse.com/431565/id/id/articles/Ar-Rabb,_Yang_Maha_Mengatur_Dan_Menguasai_Alam_Semesta
_________________________________________
Katakanlah:"Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu?” [al-An’am/6:164]
Rububiyah ini berarti menciptakan, memberi rezki, mengatur, melimpahkan
berbagai macam nikmat, memberi dan menghalangi, meninggikan dan merendahkan,
menghidupkan dan mematikan, mamberi kekuasaan dan menghilangkannya, melapangkan
dan menyempitkan, melapangkan semua penderitaan, menolong orang yang kesusahan
dan memenuhi permohonan orang yang ditimpa kesulitan. Ini semua berlaku umum
untuk selauruh makhluk -Nya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla berfirman :
Menguasai Alam Semesta
Abdullah bin Taslim al-Buthoni. MA
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2013 - 1434
http://www.islamhouse.com/431565/id/id/articles/Ar-Rabb,_Yang_Maha_Mengatur_Dan_Menguasai_Alam_Semesta
_________________________________________
Muqodimah
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
DASAR PENETAPAN.
Nama Allah Azza wa Jalla yang
maha indah ini disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an. Di antaranya dalam
firman Allah Azza wa Jalla :
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
١٦٢ ﴾ [الأنعام: 162]
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam”
[al-An’am/6:162].
Dan dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ
كُلِّ شَيۡءٖۚ ١٦٤﴾ [الأنعام:164]
Katakanlah:"Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu?” [al-An’am/6:164]
Demikian pula dalam firman-Nya:
قال الله تعالى: ﴿ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفَّٰرُ
٦٦ ﴾ [ص:66]
Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun [Shad/38:66].
Juga dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ سَلَٰمٞ قَوۡلٗا مِّن رَّبّٖ رَّحِيمٖ ٥٨﴾ [ يس: 58 ]
(Kepada penghuni surga
dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha
Penyayang [Yasin/36:58].
MAKNA AR-RABB SECARA BAHASA.
Ibnu Faris rahimahullah
berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama: memperbaiki
dan mengurus sesuatu. Maka Rabb berarti yang menguasai, menciptakan dan
memiliki, juga berarti dzat yang memperbaiki (mengurus) sesuatu.
Sementara
Ibnul Atsir rahimahullah menyatakan, “Kata Rabb secara bahasa diartikan
pemilik, penguasa, pengatur
pembina, pengurus dan pemberi
nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata
yang lain) kecuali untuk Allah Azza wa Jalla (semata), dan kalau digunakan
untuk selain -Nya maka (harus) diiringi (dengan kata lain). Misalnya: rabbu kadza
(pemilik barang ini).
Lebih lanjut, Imam Ibnu Jarir
ath-Thabari rahimahullah memaparkan: “(Kata) Rabb dalam bahasa Arab memliki
beberapa (pemakaian) arti. Penguasa yang ditaati di kalangan orang-orang Arab
disebut rabb …, orang yang memperbaiki sesuatu dinamakan rabb …, (demikian)
juga orang yang memiliki sesuatu dinamakan rabb. Terkadang kata ini juga
digunakan untuk beberapa arti selain arti di atas, akan tetapi semuanya kembali
pada tiga arti tersebut. Maka Rabb kita (Allah Azza wa Jalla) yang maha agung
pujian -Nya adalah
penguasa yang tidak ada satu pun yang menyamai dan menandingi kekuasaan -Nya, dan Dialah yang
memperbaiki (mengatur semua) urusan makhluk -Nya dengan berbagai nikmat
yang dilimpahkan -Nya kepada mereka, serta Dialah pemilik (alam semesta beserta isinya)
yang memiliki (kekuasan mutlak dalam) menciptakan dan memerintahkan (mengatur)”
.
PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AR-RABB
Rabb adalah Murabbi (yang
maha memelihara dan mengurus) seluruh makhluk -Nya dengan mengatur urusan
dan (melimpahkan) berbagai macam nikmat (kepada mereka). Maka Rabb adalah Yang
Maha Pencipta sekaligus Penguasa dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Makna Rabb adalah yang
memiliki sifat rububiyah terhadap seluruh makhluk -Nya dalam hal menciptakan,
menguasai, berbuat sekehendak -Nya dan mengatur mereka.
Nama
Allah Azza wa Jalla yang mulia ini termasuk nama Allah Shubhanahu
wa Ta’ala yang mengandung beberapa arti, bukan hanya satu arti.
Bahkan nama ini jika disebutkan sendirian tanpa nama Allah Jalla Jalaluhu
lainnya, kandungannya mencakup semua nama Allah yang maha indah dan sifat -Nya
yang maha sempurna. Dalam hal ini, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
berkata: “Sesungguhnya pengertian -Rabb adalah (dzat) yang maha kuasa, yang
mengadakan, pencipta, pembentuk rupa, yang maha hidup lagi berdiri sendiri dan
menegakkan urusan makhluk -Nya, maha mengetahui, mendengar, melihat, luas
kebaikan -Nya, pemberi nikmat, pemurah, maha memberi dan
menghalangi, yang memberi manfaat dan celaka, yang mendahulukan dan mengakhirkan,
yang memberi petunjuk dan menyesatkan siapa yang dikehendaki -Nya
(sesuai dengan hikmah -Nya yang agung),
yang menganugerahkan kebahagiaan
dan menyengsarakan siapa yang dikehendaki -Nya, yang memuliakan dan menghinakan
siapa yang
dikehendaki -Nya, dan semua makna rububiyah lainnya yang berhak dimiliki -Nya dari (kandungan)
nama-nama -Nya yang maha indah”.
Sifat rububiyah Allah Azza wa
Jalla ini meliputi seluruh alam semesta beserta isinya, karena Dialah yang
memelihara dan mengatur semua makhluk dengan berbagai macam nikmat yang
dilimpahkan -Nya kepada mereka, Dialah yang menciptakan mereka dengan kehendak dan
kekuasaan -Nya, Dialah yang menyediakan semua kebutuhan makhluk -Nya, dan Dialah yang
memberikan kepada semua makhluk penciptaan yang sesuai dengan keadaan mereka
kemuadian memberi petunjuk kepada mereka untuk kebaikan dalam hidup mereka.
PEMBAGIAN SIFAT RUBUBIYAH ALLAH
SUBHANAHU WA TA’ALA.
Sifat rububiyah Allah Shubhanahu wa ta’allaada dua macam:
1. Rububiyah umum yang mencakup
semua makhluk, baik yang taat maupun yang selalu berbuat maksiat, yang beriman
maupun kafir, yang berbahagia maupun celaka, yang mendapat petunjuk maupun yang
sesat.
قال الله تعالى: ﴿ يَسَۡٔلُهُۥ مَن
فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِي شَأۡنٖ ٢٩﴾ [الرحمن: 29]
Semua yang ada di langit di bumi
selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia (memenuhi) semua kebutuhan
(makhluk-Nya) [ar-Rahman/55:29]
Rububiyah
yang khusus bagi para kekasih dan orang-orang yang dicintai -Nya,
yaitu dengan menjaga dan memberi taufik kepada mereka untuk beriman dan
melaksanakan ketaatan kepada -Nya, serta melimpahkan kepada mereka ilmu
ma’rifatullah (mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan
(memberi taufik) kepada mereka untuk
selalu kembali/bertobat kepada -Nya, mengeluarkan mereka
dari berbagai macam kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk -Nya), dan memudahkan mereka
untuk melakukan semua kebaikan serta menjaga mereka dari semua keburukan .
PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA RABB
Mengimani
rububiyah Allah Azza wa Jalla akan menumbuhkan dalam diri seorang Muslim
keikhlasan dalam beribadah kepada -Nya dan ketundukan yang seutuhnya di hadapan -Nya.
Hal ini
Syaikh 'Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata:
“(Rubuubiyah) yang bersifat lebih khusus dari itu bermakna
penjagaan -Nya terhadap hamba-hamba -Nya yang shaleh dengan memperbaiki hati, jiwa dan
akhlak mereka"
Inilah rahasia mengapa
mayoritas doa yang diucapkan hamba-hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla yang shaleh, yang disebutkan
dalam al-Qur’an selalu diawali dengan nama Rabb (misalnya: Wahai Rabb kami,
atau wahai Rabbku). Karena mereka sangat mengharapkan makna yang khusus dari
sifat rububiyah ini, sehingga isi doa mereka pun tidak lepas dari makna yang
dijelaskan di atas.
PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA RABB
disebabkan keimanan terhadap
rububiyah Allah Shalallahu
‘alaihi wa sallam mengandung konsekuensi penetapan uluhiyah (penghambaan diri dengan
ikhlas dalam ibadah) bagi Allah Azza wa Jalla.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan hal penting ini
Inilah yang ditunjukkan dalam firman Allah Azza wa Jalla:
قال الله تعالى: ﴿ فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا
ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ٢٤ ﴾ [البقرة: 21]
Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu (semata-mata),
Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa
[al-Baqarah/2:21].
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَب
ُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ
٩٢ ﴾ [الأنبياء: 92]
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada -Ku
(semata-mata) [al-Anbiya/21:92].
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan hal penting ini
dalam ucapannya: “… Inilah
tanda (adanya) tauhid uluhiyah (penghambaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla yang sempurna) dalam hati
seorang hamba, dan pintu masuk (yang membawa) hamba ini (mencapai kedudukan
ini) adalah tauhid rububiyah. Artinya: pintu masuk (untuk mencapai) tauhid uluhiyah
adalah tauhid rububiyah.
Sesungguhnya yang pertama
kali tertanam dalam hati (manusia) adalah (mengimani) keesaan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam rububiyah -Nya, kemudian (kedudukannya)
meningkat kepada keimanan terhadap keesaan Allah Shubhanahu wa ta’alladalam uluhiyah -Nya. Sebagaimana hal inilah
yang diserukan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam al-Qur’an, (yaitu)
dengan (pengakuan) manusia terhadap tauhid rububiyah yang (mengandung
konsekuensi) mengakui tauhid uluuhiyah. Allah menegakkan argumentasi kepada
mereka dengan pengakuan mereka ini, kemudian Dia menyampaikan bahwa mereka
sendiri yang menentang pengakuan mereka itu dengan menyekutukan -Nya dalam uluhiyah.
Maka
dalam keadaan ini terwujudlah pada diri seorang hamba tingkatan:
قال الله تعالى: ﴿ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسۡتَعِينُ ٥ ﴾ [الفاتحة : 1-5]
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah
kami memohon pertolongan [al-Fatihah/1:5].
Allah Shubhanahu wa ta’allaberfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ
٨٧ ﴾ [الزخرف : 87]
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan mereka? niscaya mereka menjawab:"Allah", maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” [az-Zukhruf/43
:87].
Maksud
ayat di atas, bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari mempersaksikan
(kalimat) la ilaha illallah (tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah) dan
dari penghambaan diri kepadanya semata, padahal mereka telah mempersaksikan
bahwa tidak ada Rabb (penguasa dan
pengatur alam semesta) dan tidak ada pencipta selain Allah Azza wa Jalla ?...”
Demikian pula beriman kepada
rububiyah -Nya dengan benar akan membawa seorang hamba menuju tingkatan ridha
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagai Rabb, yang berarti ridha
kepada segala perintah dan larangan -Nya, kepada ketentuan dan pilihan -Nya, serta kepada apa yang
diberikan dan yang tidak diberikan -Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridha
kepada -Nya sebagai Rabb secara utuh dan
sepenuhnya. Dan ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemanisan
dan kesempurnaan iman, sebagaimana dikatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Akan merasakan kelezatan/kemanisan
iman, orang yang ridha dengan Allah Shubhanahu
wa ta’alla sebagai Rabb-nya, Islam
sebagai agamanya dan (Nabi) Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam sebagai rasulnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar