Translate

Senin, 25 November 2013

Batalkah Wudlu Suami yang Menyentuh Kulit Istri .

Muslimedianews.com                      ~
Assalamu 'Alaikum WR WB. Buya, apa saja yang membatalkan wudhu. Kalau suami istri bersentuhan kulit batal tidak?
Jawaban :
Buya Yahya (Pengasuh LPD Al Bahjah)


Wa'alaikum Salam WR WB
Yang membatalkan wudhu dalam Madzhab Syafi'i ada 4 (empat).

1. Keluarnya sesuatu dari alat kencing dan alat buang air besar (biarpun hanya angin) kecuali air mani.
2. Hilang akal seperti gila, pingsan dan tidur yang tidak dalam posisi duduk.
3 Menyentuh kemaluan dan lingkaran lubang dubur dengan telapak tangan.
4. Bersentuhan laki-laki dengan perempuan dengan syarat-syarat:
  • Sama-sama cukup membangkitkan sahwat secara fisik (bukan sesama anak kecil atau salah satunya anak kecil).
  • Antara laki-laki dengan perempuan.
  • Dengan sesama kulit (tanpa penghalang).
  • Bukan bagian rambut, gigi dan kuku.
  • Bukan sesama mahram.
Mahram ada tiga sebab, yaitu :
  1. Mahram karena nasab, yaitu ayah atau ibu (kakek nenek) hingga keatas sampai nabi Adam, anak kandung dan cucu-cucu sampai hari qiamat, saudara kita baik sekandung atau seayah dan seibu saja, anak-anak dari saudara–saudari kita, saudara-saudari dari ayah dan ibu kita baik sekandung atau seayah dan seibu saja.
  2. Mahram karena susuan, adalah disebabkan susuan seorang bayi usia dua tahun ke bawah dengan lima kali susuan.
  3. Mahram karena pernikahan, adalah mertua, menantu dan anak tiri (anak isteri atau anak suami yang bukan dari kita).
Dalam masalah ini ada terjadi perbedadaan antara para Ulama khususnya masalah bersentuhan laki-laki dengan perempuan, baik dalam Madzhab Syafi'i sendiri atau madzhab lain. Seperti dalam Madzhab Malik hal itu tidak membatalkan wudhu, kecuali jika dengan sengaja menikmati sentuhan tersebut atau ada syahwat di saat bersentuhan. Lalu mana yang harus kita ikuti? Karena masyrakat kita adalah penganut Madzhab Syafi'i, maka sangat jelas yang kita ikuti adalah pendapat Madzhab Syafi'i. Jika ada di masyarakat kita ada orang yang mengatakan tidak batal dalam irama kerendahan hati ikut Madzhab Malik tanpa meremehkan Madzhab yang lain hal itu juga diperkenankan. Yang tidak boleh adalah jika dibarengi dengan olokan dan sikap merendahkan orang yang berbeda denganya.

Wallahu A'lam Bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...