Translate

Minggu, 10 November 2013

Masa Kecil Rasulullah

Sudah menjadi kebiasaan wanita arab menyusukan anaknya apabila ibunya dalam keadaan sakit, demikian halnya dengan Muhammad SAW bin Abdullah, beliau disusukan kpd seorang wanita yang tinggal di suatu desa di pinggiran Kota Mekkah tepatnya di Desa Bani Sa’ad. Wanita yang mulia itu brnama Halimatus Sa’diyah. Dalam sirah Nabawiyah juga di jelaskan bahwa wanita yang juga menyusui Nabi Muhammad adalah Tsuwaibah, seorang hamba sahaya Abu Lahab yg juga sedang kebetulan menyusui anaknya yg bernama Masruh. Selama 4 tahun Muhammad SAW dlm asuhan Halimah, dan ketika berumur 5 tahun, barulah ia diasuh oleh ibunya sendiri.

Pada saat Muhammad SAW berusia 4 tahun terjadilah sesuatu hal yang menakjubkan. Yaitu, Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW lalu hatinya dibersihkan dgn air zam-zam. Setelah peristiwa itu, Muhammad SAW di bawa pulang ke Mekkah oleh Ummu Aiman & diserahkan kepada kakeknya Abdul Mutholib. Dgn penuh perasaan dan kasih sayang di dalam sanubari terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk. Abdul Mutholib tidak ingin cucunya hidup sebatang kara, bahkan dia lebih mengutamakan cucunya dari pada anak-anaknya. Hanya 2 tahun diasuh oleh kakek Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu beliau berusia 8 tahun di tinggal wafat kakeknya dalam usia 80 tahun. Disitulah Nabi Muhammad SAW menangis saat mengantarkan jenazah kakeknya. Sbelum kakeknya meninggal, Abdul Mutholib pernah berwasiat agar Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Tholib. Maka atas wasiat itu, Abu Tholib pun merawat Nabi Muhammad SAW. Dia melindungi dan membimbingnya ke jalan yang baik, sekalipun dia bukan orang kaya. Tapi sering ia berdagang ke Syam. Hingga berumur 40 tahun Nabi Muhammad SAW berada dalam penjagaan AbuTholib.

Suatu hari, saat Nabi Muhammad SAW telah berusia 12 tahun, ia ikut serta pamannya untuk berdagang ke Syam. Sesampainya di Kota Basrah, Abu Tholib bertemu dengan pendeta kristen bernama Bahiro atau Buhairoh yang nama aslinya Jurjis.Pendeta itu memperhatikan keadaan Muhammad SAW, maka Bahiroh mengerti bahwa Muhammad SAW itu yang disebut-sebut dalam kitab Injil dan Taurat. Abu Tholib diberi nasehat agar segera kembali saja ke Mekkah & memelihara Muhammad SAW sebaik-baiknya, karena ia memiliki ciri-ciri seorang nabi yang di tunggu-tunggu. Dan pada suatu hari nanti, pasti ada kaum yang memusuhinya. Maka setelah sampai di Syam. Ia segera kembali ke Mekkah sekalipun mendapatkan untung yang sedikit dari hasil dagangannya. Abu Tholib berbesar hati atas keterangan pendeta Nasrani itu, karena Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam adalah yang disebut-sebut dalam kitab-kitab sebelumnya.


Sumber: http://pojoklangit.blogspot.com
http://wiki.aswajanu.com/Masa_Kecil_Rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...