Translate

Sabtu, 16 November 2013

Tujuan diciptakannya manusia.

  Tujuan diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.

Menurut Al-Qur'an, alam semesta tidak diciptakan sia-sia; bahkan tiap-tiap bagian dan elemennya diciptakan untuk tujuan tertentu. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menyinggung persoalan mengenai tujuan penciptaan alam dan manusia, antara lain:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).

Dua ayat ini mendesak manusia untuk berpikir dan mengingatkannya bahwa observasi tanpa pemikiran tidaklah mampu mengantarkan dia kepada maksud.

Di ayat lain Allah Swt berfirman:

قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى

Artinya:
Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).

Terkait pembahasan kita sekarang, ada dua pokok penting yang perlu kita perhatikan bersama dari dalam ayat ini dan juga ayat-ayat yang serupa dengannya; pertama adalah Allah Swt memberikan apa saja yang dibutuhkan secara primer kepada tiap-tiap sesuatu, dan pokok kedua adalah segala sesuatu telah diberi petunjuk oleh Allah Swt sekiranya ia menggunakan seluruh potensinya untuk melestarikan hidup dan mencapai puncak tujuan yang seyogianya.

Tujuan Manusia Diciptakan
Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Artinya:
Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Artinya:
Apakah manusia mengira bahwa dia akan ditinggalkan begitu saja. (QS. Al-Qiyamah [75]: 36).

Ayat ini menunjukkan berapa hal:

1- Manusia tidak diciptakan secara sia-sia, melainkan dengan tujuan tertentu.

2- Manusia tidak dilepaskan begitu saja, melainkan dia diberi petunjuk, dituntun dan senantiasa diawasi.

3- Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah sumber keberadaan dia sendiri, yaitu Tuhan alam semesta.

Sebagian ayat Al-Qur'an mengungkapkan rahasia penciptaan secara lebih detil dan terperinci, antara lain:

1- Ilmu dan makrifat.
Allah Swt berfirman:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Artinya:
Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).

Ayat ini menyebutkan kesadaran manusia akan ilmu dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas (yakni, makrifat tentang Tuhan yang akan membentuk dimensi ilmu kesempurnaan manusia) sebagai tujuan dari penciptaan.

2- Ujian.
Allah Swt berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Artinya:
Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2).

Maksud dari ujian Tuhan bukanlah penyingkapan rahasia-rahasia yang tersembunyi, melainkan adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk mengembangkan potensi serta mengantarkannya kepada realitas. Hal itu karena manusia adalah makhluk yang berikhtiar dan kesempurnaannya bersifat pilihan intensional. Tuhan menguji manusia dengan menyediakan semua syarat dan prasyarat untuk memilih jalan yang baik atau buruk baginya, agar dengan itu potensi-potensi dirinya terealisasi dan dia dapat memilih jalan yang benar.

3- Ibadah.
Allah Swt berfirman:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).

Berdasarkan ayat ini, tujuan utama penciptaan manusia adalah ibadah kepada Allah Swt, dan dalam hal ini ada berapa hal yang perlu diperhatikan:

1- Menurut pandangan dunia Al-Qur'an, setiap gerakan dan perbuatan positif yang dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah ibadah. Ibadah tidak terbatas pada ritual-ritual khusus seperti doa dan munajat. Seluruh aktifitas ilmiah, ekonomi, politik, sosial dan lain-lain apabila seirama dengan sistem norma Ilahi dan bermotivasi Ilahi adalah ibadah, untuk itu manusia bisa senantiasa beraroma Ilahi, menyempurnakan diri dan mendekatkannya kepada Allah Swt dalam segala keadaan, seperti makan, minum, tidur, mati dan hidup:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Artinya:
Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).

Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa ibadah dalam terminologinya yang khusus; yakni ritual-ritual dan manasik tertentu seperti shalat, mempunyai kedudukan yang sangat istimewa dan penting.

2- Urgensitas perhatian terhadap filsafat ibadah tinggi sekali. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Sungguh Allah Swt telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya padahal Dia tidak butuh kepada ketaatan mereka dan tidak rugi karena kedurhakaan mereka; karena memang kedurhakaan para pendosa sama sekali tidak membahayakan Dia, dan sebaliknya ketaatan orang-orang yang patuh sama sekali tidak memberi keuntungan kepada-Nya.'

Ibadah mempunyai dampak-dampak yang positif bagi kehidupan manusia, baik di alam sini maupun sana. Hikmah-hikmah ibadah antara lain adalah: tuntutan fitrah, jalan menuju penyingkapan diri dan kebebasannya dari kehampaan, terbang ke angkasa metafisik dan meninggalkan sangkar fisik, mencapai keyakinan, kemenangan ruh atas badan, kesehatan dan ketenangan jiwa, kekuasaan atas diri dan potensi-potensinya, pendekatan diri kepada Tuhan, basis etika, keimanan, undang-undang dan sosial, pembinaan naluri cinta kebaikan, pembangunan, pendidikan, dan lain sebagainya.

4- Rahmat Ilahi
Allah Swt berfirman:

وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Artinya:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).

Jika diteliti lebih dalam, tujuan-tujuan itu tidak saling bertentangan, sebagian darinya merupakan tujuan pengantar bagi tujuan yang selanjutnya, yakni ada tujuan awal, tujuan menengah, dan tujuan akhir.

Karena itu, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, tujuan diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.

Oleh: Nasir Dimy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...