Translate

Jumat, 15 November 2013

Penjelasan Habib Rizieq Tentang Mengkafirkan Sesama Muslim

Muslimedianews.com, Sragen


                             
Siapa yang tidak mengenal Habib Rizieq? Salah satu tokoh yang kerap disorot media karena aksi-aksinya yang dianggap fenomenal. Pada tanggal 9 November yang lalu, pimpinan Front Pembela Islam (FPI) ini mengisi ceramah di Sragen. Ceramah beliau mengupas soal fenomena yang sekarang banyak meresahkan umat Islam di berbagai penjuru daerah, yaitu soal mudahnya orang mengkafirkan atau menyesatkan sesama muslim.

Habib Rizieq mengawali ceramahnya dengan memberikan penghormatan kepada tokoh dan pejabat yang hadir pada kesempatan tersebut, tidak terkecuali tokoh dari nahdhiyin. Selanjutnya, beliau menyampaikan keprihatinannya soal mudahnya orang mengkafirkan sesame muslim.

“Sebagaimana disampaikan tadi oleh pimpinan Front Pembela Islam Surakarta, yaitu Ustad Khoirun, dalam sambutannya. Bagaimana beliau menyampaikan keprihatinannya dengan fenomena belakangan ini. Yaitu mudah sekali orang mengucapkan kata kafir kepada saudara muslim. Mudah sekali orang menuduh sesat kepada saudara muslimnya hanya karena kepentingan-kepentingan dunia semata. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Saudara, attakfir amrun ‘adhim, mengkafirkan sesama muslim itu merupakan urusan besar dan urusan yang sangat berbahaya. Jadi kalau satu majlis, satu kelompok, satu pesantren kita katakaan kafir atau kita katakan sesat, ini punya implikasi hukum yang luar biasa. Begitu seorang saudara muslim kita katakana kafir, maka segala hukum yang berkenaan dengan kekafiran dalam pandangan yang mengkafirkannya berlaku. Kalau dia kita katakan kafir, berarti dia dan kita tidak boleh saling mewarisi, tidak boleh lagi saling menikahi, tidak boleh lagi kita solat di belakangnya atau dia di belakang kita, tidak boleh lagi kalau meninggal dunia dimakamkan di pemakaman orang Islam, tidak boleh lagi kita mensolati dia dan dia mensolati kita. Kenapa? Karena fonis kafir sudah kita tuduhkan kepada yang bersangkutan.” Demikian ungkap Habib Rizieq.

Setelah itu, beliau menyampaikan hadis nabi yang artinya jika mengatakan kafir kepada orang lain, maka perkataan tersebut akan kembali kepada salah satu di antara dua orang. Kalau tuduhan itu benar, maka kalimat kafir akan melekat pada si tertuduh. Tapi jika tuduhan itu tidak benar, tidak benar, maka kekafiran itu akan kembali kepada yang menuduhnya (bil makna). Naudzubillahimindalik.

“Maka saya ingatkan, jangan mudah mengkafirkan sesama saudara muslim. Kita harus betul-betul  hati-hati. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kita dari pengkafiran. Amin Ya Robbal ‘Alamin”, setelah ajakan tersebut, Habib Rizieq menanyakan kesiapan untuk bersatu, bersama, saling menghormati, menjaga ukhuwah Islamiyah. Ajakan tersebut disambut dengan gemuruh kata “siap” dari jamaah.

“Agar tidak mudah mengkafirkan orang, pada malam ini saya ingin menyampaikan secara singkat, metodologi cara mengenal mana yang kafir mana yang tidak. Mana yang sesat, mana yang tidak sesat. Supaya kita tidak mudah mengambil kesimpulan” lanjut pimpinan Front Pembela Islam ini.

“Ajaran Islam ini merupakan ajaran yang sempurna. Di dalam ajaran Islam ada pokok-pokok ajaran agama yang sangat prinsip, yang sangat fundamental, karena memiliki dalil yang qoti’. Siapa yang berbeda pendapat dalam urusan ini maka dia sesat. Bisa keluar dari Islam. Itulah persoalan ushuludin”, jelas Habib Rizieq.

“Yang kedua, dalam agama Islam ada furuudin, cabang-cabang agama, yang sangat penting tapi tidak prinsip. Tidak mendasar. Tidak fundamental karena tidak memiliki dalil yang qot’i. Sehingga ulama boleh berbeda pendapat tentang persoalan furuudin, dengan syarat punya dalil yang mu’tabar. Yang bisa dipertanggungjawabkan dalam syariat Islam. Berbeda dalam furuudin tidak membuat orang menjadi sesat, tidak membuat orang menjadi sesat. Jadi, perbedaan dalam furuudin wajib saling menghormati dan menghargai”.

Habib Rizieq pun memberi contoh persoalan yang etrmasuk ushuludin, “Baik ulama terdahulu maupun ulama masa kini, semuanya sepakat bahwa peristiwa isra mi’roj benar-benar dialami oleh nabi kita SAW. kenapa semua sepakat? Karena Allah menyampaikannya dalam al-Qur’an dan nabi menyampaikan dalam hadis.”

Meskipun demikian, di dalam perjalanan isro mi’roj terdapat persoalan furuudin. “Ulama berbeda pendapat tentang nabi  SAW isra’ mi’roj dengan ruh dan jasadnya atau ruhnya saja.   Ahlussunah wal Jamaah, mayoritas, jumhur, mengakui bahwa nabi isra mi’roj dengan ruh dan jasadnya. Tapi, dari kelompok mu’tadzilah dan beberapa gelintir ulama lainnya berkeyakinan bila nabi SAW isro’ mi’roj hanya ruhnya saja. Saudara, ini persoalan furu’. Dua kelompok punya dalil yang bisa dipertanggungjawabkan.” Jelas sang habib.

“Saya ikut madzhab Asyari, saya ikut madzhab Syafii, saya yakin nabi SAW isra’ mi’roj ruh dan jasadnya. Itu hak saya. Tapi, saya tidak punya hak untuk mengkafirkan saudara-saudara saya yang mengatakan nabi SAW isro mi’roj ruhnya saja. Nggak boleh saya kafirkan emreka. Kenapa? Ini furu’, bukan usul” tegas Habib Rizieq.

Habib Rizieq juga mencontohkan keimanan terhadap perintah sholat lima waktu sebagai ushuludin. Artinya, orang yang tidak emngimani perintah sholat lima waktu, dia bisa dinyatakan sesat. “Seluruh ulama dari madzhab apapun percaya, jika sholat merupakan kewajiban dan merupakan rukun Islam. Kenapa ulama tidak berbeda? Karena dalilnya jelas” ungkap Habib Rizieq.

Dalam kesempatan tersebut, Habib Rizieq juga mencontohkan adanya kelompok yang mengajarkan jika sholat lima waktu itu tidak wajib selama Indonesia belum menjadi negara Islam. Dalilnya, perintah sholat baru ada setelah nabi hijrah ke Madinah. Dengan kata lain, ketika di mekah baru pemantapan akidah. Kelompok seperti ini sesat. Karena jelas jika perintah sholat sudah hadir ketika Rosululloh SAW di Mekah, sebelum hijrah.

Seperti di dalam isro mi’roj, di dalam sholat pun terdapat beberapa persoalan furuudin sehingga kita tidak boleh saling mengkafirkan. Soal melafalkan niat misalnya, madzhab al-Imam Syafii ra  berpendapat jika melafadzkan niat dianjurkan karena dapat membantu hati dalam menancapkan niat. “Imam Syafii ra ulama besar. Umur tujuh tahun sudah menghafalkan al-Qur’an 30 juz. Luar biasa.” Jelas Habib Rizieq.

“Sementara itu, dalam madzhab Imam Ahmad ra, muridnya Imam Syafii ra, kata dia niat itu tempatnya di hati sehingga cukup di hati tidak perlu dilafadzkan. Saudara, ini persoalan furu’ sehingga tidak perlu terlalu diributkan. Saya pengikut madzhab Imam Syafii, setiap saya sholat selalu saya melafalkan niat untuk sholat. Kenapa? karena saya yakin dengan dalil yang dikemukakan oleh Imam Syafii. Tapi saya tidak punya hak untuk mengkafirkan atau menyesatkan saudara saya yang melakukan sholat tanpa melafadzkan niat. Begitu juga sebaliknya, saudara-saudara saya yang sholatnya tanpa melafalkan niat, itu hak mereka. Meraka meyakini dalil yang dikemukanan oleh Imam Ahmad. Tapi mereka tidak punya hak untuk emngkafirkan kita yang kalo sholat melafalkan niat. Kenapa? karena ini furu’ bukan ushul” Lanjut Habib Rizieq.

Habib Rizieq juga menjelaskan tentang qunut shubuh, Ahmadiyah, Islam liberal, hubungan NU dengan FPI, keberpihakan media dengan kaum liberal, dan beberapa persoalan kekinian di Indonesia. Untuk lebih jelas ceramah Habib Rizieq di Sragen, silahkan unduh MP3nya di https://archive.org/download/KUMPULANCERAMAHASWAJA/HabibRizieqFpi-TanonSragen9Nov13.kontrofersiAkidah.mp3



Penulis: Pekik Nursasongko
Foto ilustrasi: www.antaranews.com

sumber;http://www.muslimedianews.com/2013/11/penjelasan-habib-rizieq-tentang.html
http://www.muslimedianews.com/2013/11/penjelasan-habib-rizieq-tentang.html#ixzz2kojD2gVd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...