Translate

Minggu, 24 November 2013

Rujuk Setelah Habis Masa 'Iddah Habis( buyayahy)

                                   
www.buyayahyamenjawab.org -
Rujuk Setelah Habis Masa 'Iddah Habis

Assalamu 'Alaikum WR WB

Buya saya mau bertanya, bagaimana cara merujuk perkawinan yang sudah ditalak dan habis masa iddahnya?


Wa'alaikum Salam WR WB

Perceraian yang benar-benar sah ada 3 macam:

Cerai yang bisa kembali tanpa saksi dan tanpa akad baru lagi, yaitu cerai pertama dan kedua selagi sang istri masih dalam masa iddah (penantian). Suami bisa kembali kepada isrti cukup mengantakan aku kembalikan engkau dalam pernikahan atau kalimat yang serupa maknanya. Dan rujuk ini tidak perlu persetujuan sang istri.

Masa iddah ada 4 macam:

Wanita hamil sampai melahirkan, jika telah melahirkan selesailah masa penantianya.
Wanita tidak hamil yang masih bisa haid yaitu dengan 3 kali suci, misalnya dicerai dalam keadan SUCI(1) lalu datang HAID kemudian SUCI(2) lalu HAID kemudian SUCI(3). Jika masa suci yang ketiga ini telah selesai maka berakhirlah masa penantian (iddah).
Wanita yang belum haid atau sudah tidak haid yaitu dengan tiga bulan hijriyah.
Wanita yang suaminya meninggal maka masa idahnya adalah menanti 4 bulan 10 hari hijriyah.

Cerai yang tidak bisa kembali kecuali dengan akad nikah yang baru lagi dengan terpenuhi ketentuan-ketentuannya seperti orang yang menikah pertama kali. Mereka adalah wanita yang dicerai 1 Dan 2 dan telah berlalu masa iddahnya.

Cerai yang tidak bisa kembali kecuali sang istri setelah seleasi masa iddah lalu menikah dengan suami yang baru kemudian suami yang baru tadi telah mencerai wanita tersebut. Dan apabila telah selesai masa iddah dari suami yang kedua maka boleh bagi suami yang pertama kembali lagi kepada mantan istri dengan pernikahan baru dengan terpenuhinya ketentuann pernikahan seperti saat pertama kali menikah.

Wallahu A'lam Bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...