Translate

Minggu, 10 November 2013

Habib Munzir bin Fuad Al Musawa


Habib Munzir bin Fuad Al Musawa

Lahir : 1973 M
Wafat : 15 Sept 2013


Nama beliau Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawa, dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari Jum’at 23 Februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393H.


Beliau adalah pengasuh salah satu majelis taklim terbesar di ibukota Jakarta, yaitu Majelis Rasulullah yang mana memiliki jamaah yang sangat banyak, setiap kali mengadakan pengajian maka ribuan bahkan puluhan ribu jamaahnya dari banyak lokasi berdatangan. Keteduhan dan perjuangan beliau secara damai mencontoh kepada guru-guru dan bapak-bapak leluhurnya sampai dengan Rasulullah SAW yang memilih jalur dakwah secara santun dan menggunakan hikmah.


                                 
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Kelahiran
1.2 Silsilah Beliau
1.3 Keturunan Beliau
2 Pendidikan Beliau
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu
2.2 Urutan Perjalanan Menuntut Ilmu
3 Guru-Guru Beliau
3.1 Sanad Keilmuan
4 Jasa Beliau
5 Kisah Teladan Beliau
5.1 Dakwah Majelis Rasulullah
5.2 Rujukan Buku
5.3 Nama Majelis Rasulullah
5.4 Perjalanan Dakwah ke Papua

Silsilah Beliau

Berikut adalah silsilah beliau: Al-Allamah wal Fahamah Sayyidi Syarif Al-Habib Munzir bin

Fuad bin
Abdurrahman bin
Ali bin
Abdurrahman bin
Ali bin
Aqil bin
Ahmad bin
Abdurrahman bin
Umar bin
Abdurrahman bin
Sulaiman bin
Yaasin bin
Ahmad Al-musawa bin
Muhammad Muqallaf bin
Ahmad bin
Abubakar Assakran bin
Abdurrahman Assegaf bin
Muhammad Mauladdawilah bin
Ali bin
Alwi Alghayur bin
Muhammad Faqihil Muqaddam bin
Ali bin
Muhammad Shahib Marbath bin
Ali Khali’ Qasim bin
Alwi bin
Muhammad bin
Alwi bin
Ubaidillah bin
Ahmad Almuhajir bin
Isa Arrumiy bin
Muhammad Annaqib bin
Ali Al Uraidhiy bin
Jakfar Asshadiq bin
Muhammad Albaqir bin
Ali Zainal Abidin bin

Husein dari Fathimah Azahra Putri Rasul SAW.


Pendidikan Beliau

Setelah beliau menyelesaikan sekolah menengah atas, beliau mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian beliau meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994, selama empat tahun di sana beliau mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur'an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, Mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.


Urutan Perjalanan Menuntut Ilmu

Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan,
Kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur
Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur
Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut, Yaman


Guru-Guru Beliau

Adapun guru-guru beliau antara lain:

Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung),
Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus,
Habib Umar bin Abdurahman Assegaf,
Habib Hud Bagir Al-Athas
Di pesantren Al-Khairat beliau belajar kepada

Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar
Di Hadramaut beliau belajar kepada

Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa)
juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan yang paling berpengaruh di dalam membentuk kepribadian beliau adalah

Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.


Sanad Keilmuan


Sanad keilmuan beliau adalah:

Al-Habib Munzir bin fuad Al-Musawa berguru kepada
Guru Mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim,
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdullah Assyatiri,
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (simtuddurar),
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (shohibulfatawa),
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Husen bin Thohir,
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Seggaf Assegaf,
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
Al-Allamah Al-Habib Al-Hafizh Ahmad bin Zein Al-Habsyi,
Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburratib),
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abubakar bin Salim, (kepada ayahnya)
Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abubakar bin Salim (fakhrulwujud),
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin,
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifiin), (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Abubakar (assakran), (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abubakar bin Abdurrahman Assegaf, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman Assegaf, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Mauladdawilah, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Alwi Al-ghayur, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Hafizh Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath, (kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ali Khali’ Qasam bin Alwi,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Ubaidillah,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ali Al-Uraidhiy bin Ja’far Asshadiq,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin,(kepada ayahnya)
Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,(kepada ayahnya)
Al-Imam Husein ra,(kepada ayahnya)
Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,(kepada ayahnya)
Dan beliau berguru kepada Semulia-mulia Guru, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah SAW.


Jasa Beliau

Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah, dengan mengunjungi rumah rumah, duduk dan bercengkerama dg mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, beliau terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt.

Bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dan lain sebagainya, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan masyarakat adalah terwarnai dengan kenabawian, sehingga antara golongan miskin, golongan kaya, partai politik, pejabat pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan.

Inilah Dakwah Nabi Muhammad saw yang hakiki, masing masing dengan kesibukannya tapi hati mereka bergabung dengan satu kemuliaan, inilah tujuan Nabi saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Beliau bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 10.000 hadirin setiap malam selasa,

Kisah Teladan Beliau

Dakwah Majelis Rasulullah

Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, beliau juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan kemiri cidodol kebayoran, juga sudah membuka majlis di seputar pulau jawa, yaitu:

Jawa barat :
Ujungkulon Banten, Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang.
Jawa tengah :
Slawi, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Jogjakarta, Solo, Sukoharjo, Jepara, Semarang,
Jawa timur :
Mojokerto, Malang, Sukorejo, Tretes, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo.
Bali :
Denpasar, Klungkung, Negara, Karangasem.
NTB
Mataram, Ampenan
Luar Negeri :
Singapura, Johor, Kualalumpur.

Rujukan Buku

Buku-buku yang sering menjadi rujukan beliau di majelisnya antara lain:

kitab As-syifa (Imam Fadliyat),
Samailul Muhammadiyah (Imam Tirmidzi),
Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali),
Tambili Mukhdarim (Imam Sya’rani),
Al-Jami’ Ash-Shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari),
Fathul Bari’ fi Syarah Al-Bukhari (Imam Al-Astqalani),
serta kitab karangan Imam Al-Haddad dan
kitab serta pelajaran yang didapat dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh.


Nama Majelis Rasulullah

Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab beliau berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

Perjalanan Dakwah ke Papua

Alhamdulillah banyak mualaf baru di Papua karena kelembutan dakwah Habib Munzir al Musawwa.
                            Habib Munzir.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...