Translate

Minggu, 10 November 2013

Jalan Kita Bukan Jalan Melaknat, Menuduh dan Mencaci-Maki


                             

Muslimedianews ~

 Berikut adalah saduran taushiyyah al-Habib Umar bin Hafidz yang meruntuhkan penyakit hati.

Di hadapan kita ada qudwah (teladan), Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang mukmin tidak melaknat, menuduh dan berkata keji.” “Aku tidak diutus sebagai pelaknat ataupun berteriak-teriak di pasar.”

Baginda Saw. bukan pencaci, bukan pula pelaknat. Begitu juga dengan pengikut baginda dari kalangan ulama, tidak ada diantara mereka pelaknat yang suka melaknat orang. Bukan juga pencaci, yang mencaci bahkan terhadap orang awam. Apatah lagi terhadap para ulama, terlebih lagi para sahabat Nabi Saw. dan tabi’in.  Mereka (para sahabat dan tabi’in) adalah sumurnya penghargaan, asas kehormatan. 

Metode (dakwah) yang baik dan benar tidak ada caci maki sama sekali. Nabi Saw. tidak diutus untuk mencaci dan memaki. Tidak pula seorang wali Allah bertugas untuk mencaci atau memaki. Tidak pula berdiri hakikat ilmu dengan caci maki sama sekali! 

Tidaklah berdiri suatu madzhab dengan caci maki kecuali madzhab iblis dan madzhab pengikut iblis, pada setiap waktu dan masa. Merekalah yang terbiasa meneruskan tradisi caci maki terhadap manusia, melaknat manusia, memancing emosi dan menanam kebencian di antara umat Islam. 

Adapun para Nabi, para ulama dan para wali, mereka menebar kasih, menyebar persaudaraan, menyebarkan akhlaq, menyebarkan kesucian hati, menyebarkan sikap menghargai, selalu menetapkan batasan, mengekang hawa nafsu, bersifat sabar dan menahan amarah. Inilah jalan yang ditempuh para nabi, para wali, para ulama dan orang-orang shaleh. (*)
Penulis : Sya'roni As Samfuriy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kutipan Favorit

Klik show untuk melihat
Iman kepada Allah SWT memberikan pengaruh besar pada tingkah laku seseorang. Ia bagaikan perisai yang menyelimuti hati dari setiap dorongan hawa nafsu.Orang yang benar-benar beriman merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan selalu ada di setiap langkahnya hingga dia akan malu jika hendak berbuat maksiat.

Iman seperti ini bukanlah iman dalam pengertian sederhana, yaitu hanya sekadar tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tapi, sebuah keyakinan yang didasari penghayatan bahwa Tuhan benar-benar ada dan mengawasinya setiap saat.

Sebagai gambaran, misalnya, seorang pencuri tak akan pernah menghiraukan ancaman petugas walau terus memburu dan mengawasi gerak-geriknya. Bahkan, ia akan terus mencari celah kesempatan melancarkan aksinya.

Tapi, bila timbul rasa sadar karena merasa diawasi Allah SWT, kemungkinan besar perbuatan tercela itu akan ditinggalkannya. Sebab, dia yakin tak ada celah sedikit pun untuk melepaskan diri dari pengawasan-Nya.

Ini merupakan gambaran bahwa iman menjadi kunci terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Dengan memantapkan keimanan terhadap Allah SWT, perbuatan dan tingkah laku kita akan selalu diarahkan pada yang diridhai-Nya.

''Tak akan berzina seorang pezina ketika hendak berzina dia beriman. Tak akan meminum khamr seorang peminum ketika hendak minum dia beriman. Tidak akan mencuri seorang pencuri ketika hendak mencuri dia beriman.'' (HR Bukhari).

Namun, kesulitan yang sering dihadapi adalah intensitas iman kadangkala naik dan turun. Keadaan seperti ini mengharuskan kita terus berusaha menjaga keimanan agar tetap stabil.

Untuk itu, kita harus memperbanyak zikir kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berzikir kepada Allah SWT bukan hanya dilakukan di waktu shalat, tapi juga dalam berbagai hal, baik ketika duduk, tidur, maupun berdiri.''Maka, bila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.'' (QS Annisa [4]: 103).

Ada yang memahami berzikir sebatas ritual, yaitu dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, dan tasbih. Namun, pengertian zikir yang paling utama dan substansial adalah mengingat Allah SWT sebagai bentuk kesadaran hati terdalam bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya.

Berzikir seperti ini dilakukan dalam setiap kesempatan dengan cara merenungi karunia Allah SWT, mengingat-ingat keagungan-Nya yang tertuang di dunia ini. Dengan demikian, akan muncul kekaguman dan kecintaan terhadap Allah SWT.

''Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang. Dan, janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.'' (QS Al-A'raaf [7]: 205)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...